Manajemen Risiko

01.10

 
Sebagaimana yang telah dibahas pada tulisan sebelumnya bahwa bahaya (hazard) adalah sumber yang dapat menimbulkan kerugian  (a source of potential harm (AS/NZS 4360:2004)). Ketika telah terjadi kontak antara bahaya dengan pekerja maka akan timbul suatu dampak/kerugian. Kemungkinan timbulnya kerugian inilah yang disebut sebagai risiko. Risiko dapat juga disebut sebagai kombinasi antara kemungkinan dengan konsekuensi, Persamaan risiko :
Risiko = Kemungkinan x Konsekuensi
 
Dalam proses kerja sejatinya tidak pernah lepas dari risiko. selama ada system kerja, yaitu adanya manusia, material, peralatan dan lingkungan serta adanya interaksi antara system kerja, maka risiko akan selalu ada. Oleh karena itu, Untuk mengurangi dampak atau kerugian yang mungkin ditimbulkan, maka perlu dilakukan manajemen risiko.
 
 Dalam konteks safety, manajemen risiko dapat dilakukan melalui :
 
1. Identifikasi risiko
Identifikasi risiko adalah proses untuk mengenali risiko yang akan dikendalikan. Proses identifikasi risiko secara komprehensif menggunakan metode yang yang sistematis adalah proses yang kritis. Hal ini dikarenakan apabila terdapat risiko yang tidak teridentifikasi, maka risiko tersebut tidak dianalisis pada tahap selanjutnya. Beberapa contoh tools yang biasa digunakan dalam melakukan identifikasi risiko diantaranya ceklist, what if¸ HAZOP, Fault Tree Analysis, (FTA), Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
 
 2. Analisis risiko
Tahap selanjutnya dalam mengendalikan risiko adalah melakukan analisis risiko. Risiko di analisis dengan mengkombinasikan antara konsekuensi dan kemungkinannya.

 
Risiko = Kemungkinan x Konsekuensi
 
 
Dalam proses analisis risiko biasanya existing control juga sudah dihitung. Secara umum ada tiga jenis proses analisis risiko yaitu, kualitatif, semi-kuantitatif dan kuantitatif. Dalam prakteknya analisis risiko yang paling sering digunakan adalah analisis dengan metode kualitatif untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai tingkat risiko yang ada.
 
3. Evaluasi Risiko
Proses evaluasi risiko adalah proses untuk membandingkan tingkat risiko yang diperoleh pada proses analisis risiko untuk dibandingkan kriteria risiko yang ada. Tujuan dari dilakukannya evaluasi risiko adalah untuk membuat keputusan terhadap hasil analisis risiko apakah sebuah risiko memerlukan pengendalian lebih lanjut atau penentuan prioritas pengendalian bahaya.
Proses analisis risiko dan evaluasi risiko sering juga disebut sebagai proses risk assessment
 
4. Pengendalian risiko
Proses Setelah diketahui tingkat risiko diketahui. Pada proses ini, pengendalian dapat ditujukan baik terhadap konsekuensi (contohnya: menggunakan sepatu safety atau helm) maupun terhadap kemungkinan (contohnya : memasang sungkup pengaman pada mesin yang berputar). Secara umum pengendalian risiko dapat dilakukan dengan

a.     engineering control meliputi eliminasi hazard, substistusi proses kerja dengan menggunakan material yang relative kurang berbahaya, mendesain ulang peralatan atau proses kerja, mengisolasi (memisahkan) pekerja dari bahaya (contohnya : memasang sungkup pelindung pada mesin yang berputar)
 
b.      administrative control meliputi training dan penyediaan instruksi kerja yang aman. Selain itu, administrative control juga meliputi pembatasan waktu pekerja terpapar bahaya (contohnya : melakukan desain ulang terhadap system gilir kerja)
 
c.       alat pelindung diri
 
5. Pemantauan dan peninjauan ulang
 
Proses ini dilakukan untuk memastikan relevansi dari pengendalian yang diterapkan. Proses pemantauan ini dilakukan secara berkelanjutan. Proses peninjauan juga melibatkan lesson learned yang diperoleh selama melakukan proses manajemen risiko.
 

Sumber :

1. AS/NZS 4360:2004
2. Plog, Barbara. 2002. Fundamental of Industrial Hygiene. Natioanal Safety Council
 
 
 
 

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images