JSA (Job Safety Analysis)
19.58
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa bahaya (hazard) adalah segala sesuatu yang berpotensi menimbulkan kerugian (cedera/sakit pada pekerja, kerusakan properti). Oleh karena itu, bahaya yang mungkin/dapat timbul pada proses pekerjaaan haruslah dikendalikan untuk mencegah timbulnya cedera/sakit dan /atau kerusakan properti. Salah satu tool yang bisa diterapkan untuk mengidentifikasi bahaya dan mengendalikannya adalah Job safety analysis (JSA).
Biasanya JSA terdiri dari 3 kolom yang secara prinsip terdiri dari :
a. uraikan langkah pekerjaan
Langkah pekerjaan disini biasanya sifat nya berulang, dilakukan dalam satu proses dari awal hingga selesai. ambillah contoh aktivitas /pekerjaan "makan". Kita bisa menjabarkan langkah-langkah utama saat kita makan, misalnya dimulai dari mengambil piring, mengambil nasi, mengambil lauk, dst hingga meletakkan piring di wastafel. Semakin detail langkah pekerjaan yang dapat diuraikan, maka kemungkinan bahaya dapat diidentifikasi untuk dapat dikendalikan semakin banyak.
b. identifikasi bahaya
Identifikasi bahaya merupakan langkah dalam menentukan potensi bahaya yang mungkin muncul di tiap langkah kerja yang sudah diuraikan sebelumnya. Sebagaimana yang kita ketahui, bahaya yang mungkin muncul diantaranya adalah bahaya fisik, kimia, biologi, listrik, ergonomi dan psikososial. Dalam satu langkah pekerjaan, boleh jadi terdapat lebih dari satu potensi bahaya. Yang perlu digarisbawahi pada proses identifikasi bahaya adalah harus jelas subjek yang terpapar bahaya, cara terpaparnya subjek tersebut dan objek bahaya nya itu sendiri. Misalnya pada langkah mengambil nasi potensi bahaya yang mungkin terjadi adalah tangan (subjek) terjepit (cara terpapar bahaya) tutup rice cooker (objek sumber bahaya). Selain itu, terdapat juga potensi "tangan terkena teflon panas".
c. Tentukan pengendalian bahaya
Selanjutnya, pada pengendalian bahaya terdapat langkah untuk mengendalikan potensi bahaya yang muncul di tiap langkah pekerjaan. Pengendalian bahaya bisa dilakukan sesuai hirarki nya, mulai dari eliminasi, substitusi, engineering, administratif dan APD. Namun biasanya langkah pengendalian yang diambil sifatnya administratif. Sama halnya seperti ketika mengidentifikasi bahaya, pengendalian bahaya yang ditetapkan untuk mengendalikan satu potensi bahaya boleh jadi lebih dari satu.
Hal yang perlu menjadi perhatian adalah tindakan pengendalian yang ditentukan tidak boleh ambigu. Salah satu contoh pengendalian bahaya yang ambigu adalah membuka tutup rice cooker hingga posisi aman. "Posisi Aman" disini bisa menyebabkan perbedaan pemahaman pada setiap orang. Karena "posisi aman" bagi seseorang, belum tentu aman untuk orang lain. Untuk mencegah perbedaan persepsi, maka pengendalian bahaya yang ditentukan harus jelas dan terukur. Misal untuk mencegah tangan terjepit tutup rice cooker, pengendalian yang bisa dilakukan adalah "memastikan tutup rice cooker terbuka sempurna hingga membentuk sudut tumpul".
Diantara berbagai macam tools yang dapat digunakan dalam risk management, menurut saya, JSA merupakan salah satu yang paling sederhana. Saya sebut demikian karena JSA menganalisa tiap langkah pekerjaan yang dilakukan tersebut dan relatif mudah dipahami oleh seluruh level pekerjaan.
JSA yang detail dan jelas diharapkan mampu untuk menekan tingkat risiko. Namun, "seindah" apapun JSA dibuat, tetap tidak akan efektif apabila JSA tersebut hanya merupakan "pemanis" administrasi, tidak tersosialisasi dengan baik kepada pekerja dan tidak dilaksanakan dengan konsisten oleh pekerja.
0 komentar